LAPORAN
KIMIA ANALISIS I
PERCOBAAN 1
IDENTIFIKASI DAN CARA PEMISAHAN OBAT
OLEH
NAMA : NURRAMADHANI.A.SIDA
STAMBUK : F1F1 11 114
KELOMPOK : V
KELAS : FARM’A
NAMA ASISTEN : MUH.
HAJRUL MALAKA
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2012
PERCOBAAN I
IDENTIFIKASI DAN
CARA PEMISAHAN OBAT
A.
Tujuan
Adapun tujuan dari
praktikum ini yaitu :
Memberikan keterampilan dan pengetahuan terhadap mahasiswa
tentang cara identifikasi, pemurnian dan pemisahan obat.
B.
Tinjauan Pustaka
Analisis kualitatif merupakan
analisis untuk melakukan identifikasi elemen, spesies, dan atau senyawa-senyawa
yang ada di dalam sampel. Dengan kata lain, analisa kualitatis berkaitan dengan
cara untuk mengetahui ada atau tidaknya suatu analit yang dituju dalam suatu
sampel.
Berbagai
sifat atau kimia dapat digunakan sebagai suatu identifikasi kualitatif atau
kuantitatif. Jika sifatnya (pengukuran analit) adalah spesifik dan selektif,
maka tahap pemisahan dan perlakuan awal smapel dapay disederhanakan. Pengubah
analit ke bentuk yang sesuai sehingga analit dapat dideteksi atau dapat diukur
harus jga diperhatikan. Tahapan ini berkaitan dengan metode pemisahan untuk
suatu situasi yang spesifik tergantung pada sejumlah faktor. Pemilihan teknik
ini umumnya didasarkan pada ketelitian dan ketepatan hasil analisis yang
diperlukan (Rohman, 2007).
Pada flouresensi, pemancaran
kembali sinar oleh molekul yang telah menyerap energi sinar terjadi dalam waktu
yang sangat singkat setelah penyerapan (10-8 detik). Jika penyinaran
kemudian dihentikan, pemancaran kembali oleh molekul tersebut juga berhenti.
Flouresensi berasal dari transisi antara tingkat-tingkat energy elektonik
singlet dalam suatu molekul. Supaya suatu molekul berflouresensi, maka molekul
tersebut harus menyerap radiasi. Jika konsentrasi senyawa yang menyerap radiasi
tersebut sangat tinggi, maka sinar yang mengenai sampel akan diabsorbso oleh
lapisan pertama larutan dan hanya sedikit radiasi yang diserap oleh bagian lain
sampel pada jarak yang lebih jauh (Gholib, ibnu, 2007).
Senyawa kompleks adalah senyawa
yang terbentuk karena penggabungan dua atau lebih senyawa sederhana, yang
masing-masing dapat berdiri sendiri. Senyawa kompleks digunakan sebagai
petunjuk kesempurnaan reaksi. Menurut Werner, orang yang pertama kali berhasil
mengkaji senyawa kompleks ini, beberapa ion logam cenderung berikatan
koordinasi dengan zat-zat tertentu membentuk senyawa kompleks yang mantap.
Kelarutan senyawa kompleks koordinasi dalam air bergantung terutama pada muatan
kompleksnya. Senyawa kompleks yang bermuatan lazimnya mudah larut dalam air,
sebaliknya senyawa kompleks yang tak bermuatan biasanya sukar larut dalam air
(Rivai, 2006).
Senyawa-senyawa yang mempunyai ikatan
rangkap terkonjugasi merupakan calon senyawa yang mampu berfluoresensi.
Meskipun tidak ada aturan umum yang terkait dengan terbentuknya flouresensi
akan tetapi beberapa kaidah dapat membantu analisis utuk membuat keputusan
terkait dengan penggunaan flouresensi sebagai teknik analisis untuk melakukan
analisis kuantitatif obat dan metabolitnya. Sebagai contoh, gugus-gugus yang
memberikan electron seperti gugus hidroksil, amino atau metoksi yang terikat
secara langsung pada system ikatan pi dapat memfasilitasi terjadinya proses flouresensi (Gholib,Ibnu dan Rohman,Abdul, 2007).
Dua metode yang paling banyak digunakan untuk menyeleksi
tanaman yang mengandung alkaloid. Prosedur Wall, meliputi ekstraksi
sekitar 20 gram bahan tanaman kering yang direfluks dengan 80% etanol. Setelah
dingin dan disaring, residu dicuci dengan 80% etanol dan kumpulan filtrat
diuapkan. Residu yang tertinggal dilarutkan dalam air, disaring, diasamkan
dengan asam klorida 1% dan alkaloid diendapkan baik dengan pereaksi Mayer atau dengan
Siklotungstat. Bila hasil tes positif, maka konfirmasi tes dilakukan dengan
cara larutan yang bersifat asam dibasakan, alkaloid diekstrak kembali ke dalam
larutan asam. Jika larutan asam ini menghasilkan endapan dengan pereaksi
tersebut di atas, ini berarti tanaman mengandung alkaloid. Fasa basa berair
juga harus diteliti untuk menentukan adanya alkaloid quartener (Anonim, 1979).
Alkaloid merupakan golongan metabolit sekunder
terbesar dan heterogen, istilah alkaloid diperkenalkan oleh W. Meissner pada
tahun 1918, dimana alkaloid berasal dari kata “alkali”yang berarti basa dan
“iod” yang berarti mirip atau menyerupai. Jadi alkaloid merupakan suatu senyawa
yang mempunyai sifat seperti alkali atau basa. Definisi umum dikemukakan oleh
Pellitier (1982), alkaloid adalah senyawa siklik yang mengandung nitrogen dalam
tingkat oksidasi negative yang terdistribusi terbatas dalam kehidupan
organisme. Secara ilmiah, definisi alkaloid pertama kali diberikan oleh
Winterstein dan Trier yang menyatakan alkaloid sebagai suatu senyawa yang
bersifat basa, mengandung nitrogen, dan berasal dari tumbuhan atau hewan.
(Febriany, 2008).
Alkaloid adalah basa organic yang
mengandung amina sekunder, tersier atau siklik. Diperkirakan 5500 alkaloid
telah diketahui, dan alkaloid adalah yang containing some 5500 alkaloids are
known, yang merupakan golongan senyawa metabolit sekunder terbesar dari
tanaman. Tidak satupun definisi yang memuaskan tentang alkaloid, tetapi
alkaloid umumnya mencakup senyawa senyawa bersifat basa yang mengandung satu
atau lebih atom nitrogen, biasanya sebagai bagian dari system siklik. Secara
kimia, alkaloid adalah golongan yang sangat heterogen berkisar dari
senyawa-senyawa yang sederhana (Utami, at all, 2008).
Beberapa pereaksi pengendapan
digunakan untuk memisahkan jenis alkaloid. Pereaksi sering didasarkan pada
kesanggupan alkaloid untuk bergabung dengan logam yang memiliki berat atom
tinggi seperti merkuri, bismuth, tungsen, atau jood. Pereaksi mayer mengandung
kalium iodida dan merkuri klorida dan pereaksi Dragendorff mengandung bismut
nitrat dan merkuri klorida dalam nitrit berair. Pereaksi Bouchardat mirip
dengan pereaksi Wagner dan mengandung kalium jodida dan jood. Pereaksi asam
silikotungstat menandung kompleks silikon dioksida dan tungsten trioksida.
Berbagai pereaksi tersebut menunjukkan perbedaan yang besar dalam
halsensitivitas terhadap gugus alkaloid yang berbeda. Ditilik dari
popularitasnya, formulasi mayer kurang sensitif dibandingkan pereaksi wagner
atau dragendorff (Basset, 1994).
Vitamin
adalah sekelompok senyawa organik berbobot molekul kecil yang memiliki fungsi
vital dalam metabolisme organisme. Nama ini berasal dari gabungan kata latin vita
yang artinya hidup dan amina (amine) yang mengacu pada suatu
gugus organik yang memiliki atom nitrogen (N), karena pada awalnya vitamin
dianggap demikian. Kelak diketahui bahwa banyak vitamin sama sekali tidak
memiliki atom N (Schumm,1992).
C.
Alat dan Bahan
1. Alat
a)
Gelas kimia 250 ml 1 buah
b)
Mortal dan festol kecil 1 buah
c)
Tabung reaksi
d)
Timbangan analitik
e)
Penjepit kayu
f)
Hotplate
g)
Pipet tetes.
2.
Bahan
a1)
Efedrin-HCl
b)
Asam salisilat 1 gram
c)
Kanji 1 gram
d)
Alfa naptol 2,5 gram
e)
Asetosal
f)
Vitamin B1
g)
Natrium nitrat.
D.
Prosedur Kerja
1)
Vitamin B1
Organoleptis
Vitamin B1
|
-
Hasil ?
|
-
2)
Asam salisilat
Flouresensi di bawah sinar ultraviolet
Asam salisilat
|
-
Diletakkan dibawah sinar ultraviolet
Hasil ??
|
3)
Golongan
karbohidrat
Kanji 1 gram
|
-
Dilarutkan dalam air
-
Ditambahkan larutan alfa naptol dalam alkohol
-
Ditetesi larutan H2SO4 pekat
Hasil ??
|
4)
Golongan
Fenol/salisilat
Asam salisilat
0,5 g
|
-
Ditimbang
-
Dimasukan ke tabung reaksi
-
Ditambahkan aquades
-
Hasil ??
|
Asam salisilat
0,5 g
|
-
Ditimbang
-
Dimasukan kedalam tabung reaksi
-
Dutambahkan methanol
-
Kocok
-
Ditambahkan H2SO4 pekat
-
Hasil ??
|
Asetosal
|
-
Dihaluskan
-
Dimasukan ke tabung reaksi
-
Ditambahkan etanol
Hasil ??
|
5)
Golongan
alkaloid
Efedrin HCl
Efedrin HCl
|
-
Dihaluskan
-
Dimasukan kedalam tabung reaksi
-
Ditambahkan H2SO4
-
Ditambahkan HCl
Hasil ??
|
E.
Hasil Pengamatan
Bahan
|
Perlakuan
|
Hasil
|
Asam salisilat
|
Ditambahkan
aquades
Ditetesi FeCl3
|
Perubahan warna
menjadi ungu
|
Disimpan dibawah
sinar ultraviolet
|
Cahaya ungu
|
|
Ditambahkan methanol
Dikocok
Ditambahkan H2SO4
|
Bau metil
salisilat
|
|
Efedrin-HCl
|
Ditambahkan H2SO4
dan HCl
|
Negative (tidak
terdapat endapan)
|
Kanji
|
Diencerkan dgn
air
Ditambah alfa
naftol dlm alcohol
Ditetesi H2SO4
pekat
|
Negative (tidak
terjadi perubahan warna)
|
Asetosal (bodrexin)
|
Ditambahkan
etanol
|
Negative (tidak
berubah warna
|
Vit. B1
|
Dibau
|
Bau seperti tape
|
F.
Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan
analisis kualitatif terhadap beberapa bahan obat. Obat merupakan suatu bahan
yang digunakan dalam penyembuhan penyakit. Pada sebuah obat terkandung
didalamnya beberapa bahan obat atau bahan kimia yang bila dikonsumsi dapat
memberikan efek terapi dan bila berlebihan dalam dosis dapat menimbulkan efek
toksik. Obat-obat yang digunakan pada praktikum ini merupakan obat-obat bebas
yang bisa diperoleh tanpa menggunakan resep.
Percobaan
pertama dilakukan analisis organoleptis, yaitu dengan menggunakan indra sebagai alat untuk menganalisis unsur. Indra yang
digunakan pada percobaan ini yaitu indra pembau, bahan yang digunakan vitamin
B1. Berdasarkan teori vitamin B1 memiliki bau khas seperti bau ragi. Percobaan
selanjutnya dilakukan uji kuantitatif terhadap kandungan karbohidrat dalam
kanji dengan menggunakan reaksi mollisch. Kanji diencerkan dengan aquades
hingga menjadi larutan kanji, lalu pada tabung lain alcohol dicampurkan dengan
reagen mollisch yaitu alfa naftol hingga homogeni. Selanjutnya larutan kanji
dimasukan kedalam tabung yang berisi alcohol dan reagen lalu dikocok hingga
larut. Setelah pencampuran atau homogenisasi, H2SO4 pekat
perlahan-lahan dituangkan kedalam tabung melalui dinding tabung reaksi, hal ini
dimasudkan agar larutan H2SO4 tidak bercampur dengan
larutan tetapi hanya membentuk lapisan pada permukaan.
Reaksi yang terjadi :
Pada saat asam sulfat pekat mulai
bercampur dengan larutan, asam sulfat menghidrolisis ikatan sakarida untuk
menghasilkan fulfural, dimana fulfural ini akan bereaksi dengan reagen mollisch
membentuk cincin yang berwarna ungu.
Apabila pada saat dipanaskan tercium bau metil salisilat
atau bau gondopuro, maka hal ini membuktikan adanya salisilat dalam asam
salisilat. Percobaan selanjutnya serbuk asam salisilat disinari ultraviolet
dengan menggunakan UV VIS. Asam salisilat memiliki ikatan rangkap terkonjugasi
dan mampu menyerap cahaya pada daerah 200-800 nm pada radiasi elektromagnetik
sehingga dapat berfluoresensi dan asil fluoresensinya adalah cahaya ungu.
Percobaan
selanjutnya pada golongan alkaloid, untuk mengidentifikasi kandungan alkaloid
dalam efedrin-HCl. Dalam mengidentifikasinya digunakan reagen mayer atau asam
sulfat pekat dan HCl. Pertama yang dilakukan adalah menggerus tablet
efedrin-HCl dengan tujuan untuk mempercepat kelarutan bila ditambahkan dengan
pelarut. Lalu dimasukan asam sulfat dan HCl. Hasil yang diperoleh tidak terjadi
endapan, hal ini dikarenakan oleh tidak semua alkaloid mengendap saat
direaksikan oleh reaktan mayer, endapan yang terbentuk dipengaruhi oleh rumus
bangun alkaloidnya.
G.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini, yaitu :
Untuk mengidentifikasi unsur yang terdapat dalam suatu bahan
obat, dapat digunakan beberapa analisis, yaitu menggunakan organ atau
organoleptis, dengan menguji kelarutannya, metode flouresensi dengan UV VIS,
pengarangan dan pemijaran, analisis elemen, analisis gugus, dan penggunaan
reagen reaksi. Hasil reaksi dapat berupa perubahan warna untuk pencampuran
suatu bahan obat dengan reagen, terlihatnya warna khas suatu bahan obat pada
analisis UV VIS, dan tercium bau khas pada analisis organoleptis.
Daftar Pustaka
Basset, J. dkk.
1994. Vogel Kimia Analisis Kualitatif
Organik. Edisi 4. Penerbit buku kedokteran.
Jakarta
Martiana,febriany.
2008. Isolasi Alkoloid Utama dari
Tumbuhan. J. Sains Kimia. Vol.91
hal 57-58.
Rivai, Harrizul. 2006. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta ; UI Press.
Rohman, Abdul, dkk. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta
; Pustaka Pelajar
Schumm, Dorothy E.1992. Intisari
Biokimia. Binarupa Aksara.
Utami, Nurul, at all. 2008. Identifikasi Senyawa Alkaloid Dari Ekstrak
Heksana Daun Ageratum conyzoides. J
Sains Kimia.Vol 9(2) hal 82-84.
terimakasih mau berbagi
BalasHapus