Laporan REAKSI-REAKSI KHUSUS SENYAWA YANG MENGANDUNG UNSUR C,H,O


LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS I
PERCOBAAN III
REAKSI-REAKSI KHUSUS SENYAWA YANG MENGANDUNG UNSUR C,H,O





NAMA                     :           NURRAMADHANI.A.SIDA
STAMBUK            :           F1F1 11 114
KELOMPOK          :           V
ASSISTEN              :           AGUSRIYADIN


LABORATORIUM FARMASI
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2012






PERCOBAAN 2
REAKSI-REAKSI KHUSUS SENYAWA YANG MENGANDUNG UNSUR C,H,O

A.    TUJUAN

Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini yaitu untuk memberikan pengetahuan kepada mahasiswa mengenai reaksi-reaksi khusus senyawa yang mengandung unsur C,H,O.

B.     LANDASAN TEORI

Analisis bahan dalam ilmu kimia melibatkan 2 macam analisis, yaitu analisis kualitatif, dan kuantitatif,. Analisis kualitatif merupakan analisis untuk melakukan identifikasi elemen, spesies, dan atau senyawa-senyawa yang ada di dalam sampel. Dengan kata lain, analisis kualitatif berkaitan dengan cara untuk mengetahui ada atau tidaknya suatu analit yang dituju dalam suatu sampel. Analisis kuantitatif adalah analisis yang selain mengidentifikasi unsur juga mengidentifikasi kadar absolut atau relatif dari suatu elemen atau spesies yang ada di dalam sampel (Sudjadi, 2007).
Pada pokoknya tujuan analisis kualitatif adalah memisahkan dan mengidentifikasi sejumlah unsur. Analisis kuantitatif berurusan dengan penetapan banyak suatu zat tertentu yang ada dalam sampel. Analisis kualitatif diperuntukkan untuk analisa komponen atau jenis zat yang ada dalam suatu larutan. Analisa kualitatif merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk mempelajari kimia dan unsur-unsur serta ion-ionnya dalam larutan (Underwood & R.A Day. 1986).
Senyawa adalah zat yang terbentuk dari penggabungan unsure-unsur dengan pembentuknya. Senyawa dihasilkan dari reaksi kimia antara dua unsur atau lebih melalui reaksi pembentukan. Senyawa organik atau senyawa karbon adala suatu senyawa yang unsur-unsur penyusunya terdiri dari atom karbon dan atom-atom hydrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, halogen, atau fosfor (Riswiyanto, 2009). Senyawa anorganik adalah senyawa yang terdiri dari unsure logam. Pembeda senyawa organik dan non organik terletak pada ada tidaknya ikatan karbon-hidrogen. Sehingga asam karbonat termasuk anorganik dan asam format dan asam lemak pertama masuk dalam organik (Junaidi, wawan, 2009).
Senyawa organic yang menunjukan sifat keasaman yang cukup besar dan banyak sekali dijumpai di alam adalah asam karboksilat. Senyawa ini mempunyai rumus umum RCOOH, dimana –COOH adalah gugus fungsi karboksilat yang menandai sifat keasaman sedsangkan R dapar berupa hydrogen, gugus alkil, atau gugus aril. Dalam molekul, asam karboksilat memiliki kekuatan yang sangat kuat. Hal ini disebabkan adanya ikatan hydrogen seperti yang terjadi pada molekul alcohol. Asam karboksilat umumnya berada dalam bentuk dimer lingkar yang kuat disebabkan oleh terbentunya dua ikatan hydrogen. Ester karboksilat memiliki rumus umum RCOOR’ (Riswiyanto, 2009).
                Suatu asam karboksilat adallah senyawa organic yang mengandung gugus karboksilat, -CO2H. Gugus karboksilat mengandung sebuah gugus karbonil dan sebuh gugus hidroksil; antar-aksi dari kedua gugus ini mengakibatkan suatu kereaktivan kimia yang unik untuk asam karboksilat. Karena gugus karboksil bersifta polat dan tak terintangi, maka reaksinya tidak terlalu dipengaruhi oleh sisa molekul (Fessenden,1989).
     Mengidentifikasi reaksi-reaksi khusus senyawa yang mengandung C, H, O dapat di lakukan dengan metode analisis secara kualitatif. Analisis kualitatif adalah analisis untuk melakukan identifikasi elemen,spesies, dan/ atau senyawa-senyawa yang ada di dalam sampel. Dengan kata lain, analisis kualitatif berkaitan dengan cara untuk mengetahui  ada atau tidaknya suatu sampel (Gandjar, I.G. dan Rohman, A., 2007).
            Dalam percobaan ini digunakan bahan turunan dari ester asam kaboksilat dan turunan salisilat. Gugus COOH paling banyak terdapat dalam bentuk ion karboksilat, sedangkan gugus NH2 terprotonasi. Interaksi kedua gugus yang berbeda muatan inilah yang menyebabkan bias terbentuknya ikatan garam (Kaban, et al., 2006 ).


C.    ALAT DAN BAHAN

1.      ALAT

Adapun alat yang digunakan, yaitu :
a)      Mortal kecil 1 buah
b)      Pipet tetes
c)      Pipet 10 mL 1 buah
d)     Gelas kimia 500 mL 1 buah
e)      Gegep
f)       Filler 1 buah
g)      Hotplate
h)      Tissue

2.      BAHAN

Adapun bahan yang digunakan :


a)      Etanol
b)      Methanol pekat
c)      FeCl3
d)     Nipagin
e)      Na-Salisilat
f)       Asetosal
g)      HCl pekat
h)      H2SO4 pekat
i)        Aquades



E.     HASIL PENGAMATAN


Bahan
Perlakuan
Hasil
Asetosal
·         Ditambahkan FeCl3
·         Dipanaskan
Perubahan warna larutan menjadi ungu
·         Ditambahkan etanol
·         Ditambahkan H2SO4
Bau etil asetat
·         Ditambahkan methanol
·         Ditambahkan H2SO4
Bau metil salisilat
Natrium salisilat
·         Ditambahkan HCl pekat
Terbentuk endapan
·         Ditambahkan methanol
·         Ditambahkan H2SO4
·         Diencerkan dengan aquades
Bau metil asetat (bau gandapura)
·         Ditambahkan FeCl3

·         Ditambahkan alkohol
Terjadi perubahan warna menjadi merah bata
Ditambah alcohol warna menjadi tetap.
Nipagin
·         Dipanaskan
·         Ditambahkan FeCl3
Terjadi perubahan warna menjadi ungu
salisilamida
·         Diencerkan
·         Ditambahkan FeCl3
·         Ditambahkan alkohol
Terjadi perubahan warna menjadi ungu, dan warna tetap bila ditambahkan  alcohol.

F.     PEMBAHASAN.


Pada percobaan ini, dilakukan analisis reaksi senyawa yang mengandung unsur C,H,O dengan menggunakan bahan obat yang berasal dari golongan ester asam karboksilat dan turunan salisilat. Bahan obat yang berasal dari golongan ester asam karboksilat yaitu nipagin, dan asetosal, sedangkan bahan obat yang berasal dari turunan salisilat yaitu natrium salisilat dan salisilamida. Bahan-bahan obat digerus (bila masih berbentuk tablet), dan yang lainnya dilakukan sesuai prosedur. Untuk bahan obat yang akan dipanaskan, maka dimasukan air kedalam gelas kimia 500 ml sebanyak 350 ml lalu dipanaskan diatas hotplate. Kedalam gelas kimia, dimasukan beberapa lembar tisu yang bertujuan untuk membantu dalam perataan panas pada air. Pada saat air dipanaskan, akan terjadi gerakan brown yang berupa gerakan zigzag antar molekul yang saling bertumbukan seiring bertambahnya temperature air, gerakan ini dapat menyebabkan pemanasan yang tidak rata, maka digunakan media tisu untuk membantu dalam perataanya.
Perlakuan pertama yaitu nipagin cair dimasukan kedalam tabung reaksi lalu dipanaskan pada suhu tertentu dengan tujuan untuk mempercepat proses penguraian zat aktif nipagin. Setelah dipanaskan beberapa menit, larutan nipagin didinginkan untuk menghentikan proses dekomposisi dan penguraian. Selanjutnya dimasukan  FeCl3 beberapa tetes kedalam tabung dan nampak perubahan  warna larutan menjadi ungu dan beberapa menit kemudian menjadi cokelat. Reaksi kimia yang terjadi :
Untuk berikatan Fe3+ memutuskan ikatan antara OH dan mengganti atom H untuk berikatan dengan mengikat 3 gugus nipagin. Perubahan warna pada nipagin cair menjadi ungu menandakan adanya kemungkinan asam salisilat, tetapi warna akhir adalah cokelat yang merupakan tanda adanya asam benzoate atau asam aspargin.
Percobaan selanjutnya, asetosal dimasukan kedalam tabung lalu diberi 1-2 tetes FeCl3 lalu dipanaskan selama beberapa menit. Hasil yang ditunjukan adalah warna larutan yang berubah menjadi violet. Reaksi yang terjadi :
 Masih dengan bahan yang sama, asetosal dimasukan kedalam tabung lainnya dan ditambahkan etanol pekat, asam sulfat pekat dan dididihkan yang sebelumnya bibir tabung ditutup dengan tisu. Reaksi kimia yang terjadi :

Penambahan etanol pekat berfungsi sebagai palrut orgnaik yang dapat melarutkan asetosal dan asam sulfat pekat berfungsi sebagai katalisator untuk mempercepat reaksi. Hasil reaksi reaksi tercium bau etil asetat atau seperti bau balon-balon. Selain dengan campuran etanol, asetosal bila dicampurkan dengan methanol dan asam sulfat pekat yang juga hasil dari reaksi kimianya memberikan bau khas yang sama dengan ketika asetosal dicampurkan dengan etanol yaitu sama-sama berbau etil asetat, dimana seharusnya bau yang dihasilkan adalah bau metil asetat atau bau gandapuro. Reaksi yang terjadi :

Lain halnya dengan natrium salisilat, yang dicampurkan dengan methanol dan asam sulfat pekat, menghasilkan bau metilsalisilat yaitu bau gandapuro, yang merupakan bau khas dari campuran methanol dan salisilat.
Reaksi yang terjadi :

Selanjutnya, hasil reaksi kimia dari natrium salisilat yang dicampurkan dengan HCl menghasilkan endapan. Endapan berupa Kristal ini merupakan natrium salisilat yang tidka larut lagi kedalam pelarut HCl.

 Masih dengan bahan yang sama, Natrium salisilat ditambahkan FeCl3 menghasilkan perubahan warna menjadi merah kecokelatan, lalu ditambahkan alkohol. Hasil reaksi dari pencampuran ini, tidak memberikan perubahan warna atau warna tetap.

Untuk salisilamida, diberikan beberapa tetes FeCl3, hasil reaksi merubah warna larutan menjadi ungu, dan bila ditambahkan alcohol tidak memberikan perubahan warna / warna tetap. Perubahan warna menjadi ungu ini, menujukkan kemungkinan derivate salisilat. Seperti pada percobaan sebelumnya, FeCl3 berikatan dengan salisilamida dengan cara memutuskan ikatan OH dan berikatan dengan 3 gugus asam karboksilat. Penggantian gugus OH dengan Fe membuat warna larutan berubah dan ketika ditambahkan alcohol, larutan tersebut tidak menghasilkan warna yang berbeda atau warna larutan tetap ini dikarenakan, gugus OH pada salisilamida telah diganti dengan Fe dna ikatan Fe tidak mampu diputuskan lagi oleh alcohol untuk membentuk ikatan.

G.    KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil yaitu :
Senyawa yang mengandung C,H,O bila direaksikan dengan beberapa cairan tertentu akan menghasilkan hasil reaksi berupa perubahan warna, bau, dan terbentuknya endapan. semua bentuk reaksi kimia ini, menandakan adanya suatu zat dalam senyawa tersebut.


DAFTAR PUSTAKA



Gandjar, I.G. dan Rohman, A., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Fesseden, Ralph J, Fesseden,Joan S. 1986. Kimia Organik Edisi Pertama. Penerbit Erlangga. Jakarta

 Kaban, et al., ‘Pembuatan Membran Kompleks Polielektrolit Alginat Kitosan’, Jurnal Sains Kimia, Vol 10, No.1, 2006: 14.

Riswiyanto,Drs. 2009. Kimia Organik. Penerbit Erlangga.Jakarta.
Sudjadi, Prof.Dr, Ms.,Apt. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar.Yogjakarta.

.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar