BUFFER
DAN KAPASITAS BUFFER
A. Tujuan
Adapun
tujuan dari praktikum kali ini yakni memperkenalkan cara pembuatan buffer dan
menetapkan pH larutan, serta penentuan kapasitasnya.
B. Landasan Teori.
Larutan
adalah campuran homogen dua zat atau lebih yang saling melarutkan dan masing-masing
zat penyusunnya tidak dapat dibedakan lagi secara fisik. Zat yang
jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut,
sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan
disebut pelarut atau solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan
ini dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses pencampuran zat
terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan atau solvasi (Ghinina,
2011).
Buffer
dapat didefinisikan sebagai campuran asam/basa lemah dengan garamnya yang dapat
mempertahankan Ph larutan saat ditambahkan asam/basa dalam jumlah relatif
sedikit. Mekanisme buffer dapat mempertahankan pH larutan adalha akibat
pengaruh ion yang sama (common ion effect) (Anonim : 2012). Adanya alkalinitas dalam reactor dengan konsentrasi
tertentu dapat menjadi penyangga (Buffer) agar pH tetap pada kondisi
netral apabila terjadi penambahan asam, sehingga kesetimbangan proses dengan
normal (Padmono,Djoko,2007)
secara keseluruhan dapat tetap berjalanPada
referensi lain dijelaskan larutan penyangga atau larutan buffer atau larutan
dapar merupakan suatu larutan yang dapat menahan perubahan pH yang besar ketika
ion – ion hidrogen atau hidroksida ditambahkan, atau ketika larutan itu
diencerkan (Underwood, A.L., 2002 ). Buffer dapat mempertahankan pH nya tidak
berarti pH tidak akan berubah. Perubahan dan gangguan yang besar dalam sistem
dapat merubah pH meskipun telah ditambahkan buffer ke dalamnya. Hal ini karena
buffer hanya menjaga agar pH tidak terlalu berubah signifikan dengan adanya
perubahan konsentrasi ion hidrogen dalam system (Alpiopiot : 2012).
Larutan
penyangga terjadi karena adanya campuran asam lemah dengan basa konjugasinya
(dalam garam) atau campuran basa lemah dengan basa konjugasinya (dalam garam)
(Forum Tentor : 2011). Kebutuhan buffer kadang menyulitkan karena hampir setiap
analisa membutuhkan kondisi pH tertentu yang relatif stabil. Karena banyaknya
macam dan jenis buffer, pemilihan buffer yang akan digunakan menjadi masalah
tersendiri. Dalam memilih buffer, yang harus diperhatikan adalah pH optimum
serta sifat-sifat biologisnya. Banyak jenis buffer yang mempunyai impact
terhadap sistem biologis, aktivitas enzim, substrate, atau kofaktor (wahyu :
2008).
Komponen larutan penyangga terbagi menjadi:
1.
Larutan
penyangga yang bersifat Asam.
Larutan ini mempertahankan pH pada
daerah asam (pH < 7). Untuk mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari asam
lemah dan garamnya yang merupakan basa konjugasi dari asamnya. Adapun cara
lainnya yaitu mencampurkan suatu asam lemah dengan suatu basa kuat dimana asam
lemahnya dicampurkan dalam jumlah berlebih. Campuran akan menghasilkan garam
yang mengandung basa konjugasi dari asam lemah yang bersangkutan. Pada umumnya
basa kuat yang digunakan seperti natrium, kalium, barium, kalsium, dan
lain-lain.
2.
Larutan penyangga yang bersifat basa.
Larutan ini mempertahankan pH pada
daerah basa (pH > 7). Untuk mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari basa
lemah dan garam, yang garamnya berasal dari asam kuat. Adapun cara lainnya
yaitu dengan mencampurkan suatu basa lemah dengan suatu asam kuat dimana basa
lemahnya dicampurkan berlebih (Pencinta Lingkungan:2010).
Larutan Penyangga asam :

Penambahan
asam kuat atau ion H+ pada larutan ini akan meningkatkan jumlah ion H+ dalam
larutan, maka akan mendesak ion H+ yang ada, sehingga menggeser reaksi
kesetimbangan ke kiri. Pergeseran ini menyebabkan jumlah ion A- dalam larutan
berkurang karena digantikan oleh jumlah ion A- dari garam sehingga jumlahnya
relatif tetap untuk mempertahankan kesetimbangan tersebut. Ion H+ yang
ditambahkan akan bereaksi dengan ion CH3COO- membentuk molekul CH3COOH. Jika
yang ditambahkan ke dalam larutan adalah basa, maka ion OH- yang berasal dai
basa tersebut akan bereaksi dengan ion H+ membentuk air. Hal ini akan
menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan sehingga konsentrasi ion H+ dapat
dipertahankan atau pH larutan buffer asam tersebut tetap stabil atau bertahan.
Apabila suatu basa lemah dicampur dengan asam konjugasinya maka akan terbentuk
suatu larutan buffer basa. Larutan ini akan mempertahankan pH pada daerah basa
(pH > 7). Misalnya larutan campuran NH3 dengan ion amonium (NH4+). Larutan
buffer basa juga dapat terjadi dari campuran suatu basa lemah dengan suatu asam
kuat di mana basa lemah dicampurkan berlebih (Underwood, A.L., 2002 ).
Larutan
penyangga basa :
Jika
ke dalam larutan ditambahkan suatu asam kuat, maka ion H+ yang berasal dari
asam itu akan mengikat atau bereaksi dengan ion OH-. Hal itu menyebabkan
kesetimbangan larutan menjadi bergeser ke kanan sehingga konsentasi ion OH-
dapat dipertahankan atau dengan kata lain pH larutan stabil atau dapat
bertahan. Demikian juga pada penambahan suatu basa kuat, jumlah ion OH- dalam
larutan akan bertambah. Hal ini akan menyebabkan kesetimbangan larutan menjadi
bergeser ke kiri sehingga konsentasi ion OH- dapat dipertahankan dan pH larutan
tidak berubah (Underwood, A.L., 2002 ).
Contoh : NH4OH dengan
NH4Cl. Adapun
cara kerjanya dapat dilihat pada larutan penyangga yang mengandung NH3
dan NH4+ yang mengalami kesetimbangan. Dengan proses
sebagai berikut:
Pada penambahan asam
Jika ditambahkan suatu asam, maka ion H+ dari
asam akan mengikat ion OH-. Hal tersebut menyebabkan kesetimbangan
bergeser ke kanan, sehingga konsentrasi ion OH- dapat dipertahankan.
Disamping itu penambahan ini menyebabkan berkurangnya komponen basa (NH3),
bukannya ion OH-. Asam yang ditambahkan bereaksi dengan basa NH3
membentuk ion NH4+.
NH3 (aq)
+ H+(aq) → NH4+ (aq)
Pada penambahan basa
Jika yang ditambahkan adalah suatu basa, maka kesetimbangan
bergeser ke kiri, sehingga konsentrasi ion OH- dapat dipertahankan.
Basa yang ditambahkan itu bereaksi dengan komponen asam (NH4+),
membentuk komponen basa (NH3) dan air.
NH4+
(aq) + OH-(aq) → NH3 (aq)
+ H2O(l) (Anonim : 2011).
Keefektifan suatu
larutan penyangga dalam menahan perubahan pH persatuan asam atau basa kuat
ditambahkan, mencapai nilai maksimumnya ketika rasio asam penyangga terhadap
garam adalah satu. Dalam titrasi asam lemah, titik maksimum keefektifan ini
dicapai bila asam tersebut ternetralkan separuh, atau pH = pKa. Kapasitas suatu
penyangga merupakan ukuran keefektifannya dalam perubahan pH pada penambahan asam
atau basa. Semakin besar konsentrasi asam dan basa konjugasinya, semakin besar
kapasitas penyangga. Kapasitas penyangga dapat didefinisikan secara kuantitatif
dengan jumlah mol basa kuat dibutuhkan untuk mengubah pH 1 L larutan sebesar 1
pH satuan (Vogel : 1979).
C. Alat dan Bahan
· Alat
Adapun
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu :
1. Statif
dan klem
2. Buret
3. Erlenmeyer
4. Corong
5. Gelas
kimia 250 mL
6. Gelas
ukur 50 mL
7. Filler
8. Piper
ukur 10 mL dan 25 mL
9. Pipet
tetes
· Bahan
Adapun
bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu :
1. NaOH
0,1 M
2. CH3COOH
0,1 M 65 mL, 4 mL, 7 mL
3. Asam
Sitrat 0,1 M 39,8 mL
4. CH3COONa
0,1 M 135 mL, 196 mL, 193 mL.
5. Indicator
phenolftalein
6. NaH2PO4
A. Pembahasan
Pada
praktikum ini, dilakukan pembentukan buffer dengan menggunakan pasangan asam
lemah dan garamnya. Asam lemah yang digunakan yaitu asam asetat dengan garamnya
natrium asetat



Asam Garam
dan
asam sitrat dan natrium sitrat. Berdasarkan pengertian buffer pada literature,
maka asam lemah akan dicampur dengan garamnya dengan volume yang telah
ditentukan hingga membentuk larutan. Selain dilakukan pembentukan buffer, kali
ini juga akan diukur pH awal dan pH setiap 1 ml NaOH pada proses titrasi dengan menggunakan pH meter.
Buffer
yang telah dibuat diambil 10 ml lalu disimpan pada gelas ukur, lalu diukur pH
awal. Setelah itu, larutan buffer ditambahkan beberapa tetes indicator
phenolftalein lalu dititrasi dengan menggunakan NaOH sebagai basa kuat
pentitran. Pada buffer asetat dibuat dalam 3 kapasitas, yaitu kapasitas 0,01
0,015 dan 0,10. Angka 0,01 0,015 dan 0,10 adalah nilai resisten atau kemampuan
untuk mempertahankan pH suatu larutan buffer. Buffer asetat untuk kapasitas
0,01 10 ml mempunyai pH awal 7,88 yang bila dibandingkan dengan pH yang
seharusnya dimiliki suatu larutan asam tidak sesuai. Pada literature, larutan
asam memiliki pH < 7. Perbedaan pH asam ini mungkin terjadi karena kelalaian
pada saat praktikum. Selanjutya buffer 0,01 tadi ditambahkan 2 tetes indicator
fenolftalein dan dititrasi dengan NaOH. Tujuan awal adalah mengukur pH setiap
titrasi 1 ml NaOH, tetapi buffer asetat
telah mencapai batas titrasi pada volume 0,2 ml NaOH yang ditandai dengan
perubahan warna dengan pH akhir 12. Bila dibandingkan pH awal dan pH akhir
terjadi kenaikan pH sebesar 4,12. Hal ini membuktikan teori bahwa pH pada
buffer dapat berubah dengan adanya pengenceran. Selanjutnya dilakukan perlakuan
yang sama pada buffer asetat dengan kapasitas 0,015 dan 0,10. Diperoleh pH awal
untuk buffer asetat kapasitas 0,015 sebesar 7,1 dan mencapai akhir titran pada
volume 0,2 ml NaOH dengan pH akhir 11,7. Buffer asetat kapasitas 0,10 diperoleh
pH awalnya sebesar 6,2 dan mencapai batas titrasi pada volume 0,4 ml NaOH dengan
pH akhir 11,5.
Pada
pembuatan buffer fosfat, diambil sejumlah volume asam sitrat dan NaH2PO4
yang disatukan dalam gelas kimia 250 ml, dilarutkan kedua larutan ini hingga
menjadi larutan buffer fosfat. Lalu diambil 10 ml sampel dan diukur pH awal dan
diperoleh pH awal sebesar 2,6. Selanjutnya ditetesi 2 tetes indicator, dan
dititrasi seperti pada percobaan buffer asetat. Dilakukan titrasi hingga terjadi
perubahan warna, dan setiap 1 ml NaOH diukur pH larutan. Pada 1 ml NaOH awal,
diperoleh pH larutan sebesar 5,2. Pada 2 ml NaOH, pH larutan naik menjadi 6,2.
pH terus bertambah setiap ml penambahan NaOH pada proses titrasi. Hingga akhir
titrasi, pH larutan sebesar 11,1 pada volume 4,6 ml NaOH.
Dari
percobaan ini, kemampuan buffer asetat dengan kapasitas 0,01 dalam
mempertahankan pH lebih baik dibandingkan buffer fosfat, buffer asetat
kapasitas 0,015 dan 0,1, dimana buffer asetat dengan kapasitas 0,01 mencapai
titik akhir titrannya pada volume NaOH 0,2 ml dengan merubah pH dari 7,8
menjadi 12, terjadi kenaikan sebesar 4,2. Sedangkan pada buffer fosfat, untuk
mencapai akhir titrasinya dibutuhkan 4,6 ml dan merubah pH dari 2,6 menjadi
11,1. Terjadi kenaikan yang sangat besar yaitu 8,5.
B. Kesimpulan
Adapun
kesimpulan dari praktikum ini :
Diperoleh
pH larutan buffer. pH awal buffer fosfat 2,6 dan mencapai akhir tittasi pada
volume 4,6 ml NaOH dengan pH akhir 11,1. Ph awal buffer asetat kapasitas 0,01
adalag 7,8 dan mencapai akhir titrasi pada volume 0,2 ml NaOH dengan pH akhir
12. Ph awal buffer asetat kapasitas 0,015 yairu 7,1 dan mencapai akhir titrasi
pada volume 0,2 ml NaOH dengan pH akhir 11,7. pH awal buffer asetat kapasitas
0,10 adalah 6.2 dan mencapai akhir titrasi pada volume 0,4 ml NaOH dengan pH
akhir 11.5.
Casino Resort Spa Hotel - Mapyro
BalasHapusFind the best prices for Casino Resort 포천 출장마사지 Spa 청주 출장샵 Hotel 사천 출장안마 in San Francisco on Mapyro. View 동해 출장안마 real-time driving directions, 용인 출장샵 reviews and photos. Rating: 4.5 · 53 reviews